Sabtu, 26 Mei 2012

7 Pilar prinsif belajar


7 Pilar Prinsip Belajar yang Mengoptimalkan Hasil Belajar

1.    Memiliki Arah Yang  Jelas dan Terfokus

    Sebelum melakukan pembelajaran guru dapat menetapkan tujuan pembelajaran dan menjelaskan dengan membuat perangkat pembelajaran diantaranya :
  1. Kalende Pendidikan
  2. Silabus
  3. Program Tahunan
  4. Program semester
  5. Perhitungan minggu efektif
  6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
  7. Media pembelajaran
  8. Daftar analisis
  9. Daftar remedial
  10. Daftara Nilai
  11. Catatan harian peserta didik
  12. Kreteria ketuntasan minimal
Agar belajar memiliki arah yang jelas dan terfokus harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a.         Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu merupakan suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan tersebut akan dibawa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan kata
lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik, baik dalam lingkungan sosialnya maupun diluar sekolah.
Tujuan adalah suatu komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Dari semua komponen tersebut, harus sesuai dan didayagunakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) siswa yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan.
b.        Subyek Belajar
Subyek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan kegiatan belajar mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar. Untuk itu, diperlukan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c.         Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran, maka kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok, dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap/ penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Oleh karena itu, kepada guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan anak didik pada usia tertentu dan juga lingkungan tertentu pula. Minat anak didik, akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan yang mereka inginkan.

d.        Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.

e.         Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yakni sebagai perlengkapan, pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dsb. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, video, dsb.
f.         Sumber Belajar
Belajar mengajar bukan berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan yang didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai tersebut, tidak mungkin datang dengan sendirinya, akan tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam kegiatan belajar mengajar.
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, misalnya disekolah, halaman, pusat kota, pedesaan, dsb. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut, tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya

2.        Mengembangkan 3 Potensi  Secara Utuh dan Berkesinambungan
Guru dapat mengembangkan tiga potensi yang ada dalam diri siswa yaitu :
  1. Perubahan sikap (Afektif)
  2. Pengetahuan (Koknitif)
  3. Keterampilan (Phisikomotorik)
3 Potensi belajar tersebut adalah :
a.         Afektif
Ciri khas belajar afektif adalah belajar untuk menghayati nilai – nilai dari obyek yang dihadapi melalui alam perasaan,  dan belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspersei yang wajar. Obyek yang dinilai tidak sebatas pada manusia, namun dapat berupa feneomena atau kejadian.  Dalam belajar afektif ini seseorang akan menghayati sungguh – sungguh suatu obyek, apakah obyek tersebut bernilai bagi dirinya atau tidak. Hasil penilaian ini akan kembalai pada perasaan individu, artinya jika obyek dinilai sebagai sesuatu yang bernilai maka kan menimbulkan perasaan senang dan sebaliknya jika obyek dianggap / dinilai sebagai sesuatu yang kurang / tidak bernilai akan menimbulkan perasaan kurang senang pada diri penilai. Perasan senag meliputi sejumlah rasa yang lebih spesifik, seperti rasa puas, gembira, rasa simpati ,rasa saying dan sebagainya. Perasaan tidak senang meliputi takut, gelisah, cemas, marah, cemburu.
Fungsi afektif dan dinamik berkaitan satu dengan yang lain., sebab setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan berkemauan. Setiap peserta didik wajib mendapatkan ranah belajar afektif agar dapat mengungkapkan perasaan dalam ekspresi yang wajar dan diterima oleh masyarakat. Dalam wadah pendidikan diharapkan ranah ini mmapu menumbuhkembangkan sehingga alam perasaan peserta didik menjadi kaya dan luas.
b.   Kognitif
Ciri khas ranah belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk – bentuk representasi yang mewakili obyek – obyek yang dihadapi. Obyek tersebut direpresentasikan atau dihadirkan dalam dri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.
Kemampuan kognitif ini harus dikembangkan melalui belajar. Kemampuan bahasa sangat membantu kemajuan kognitif, sebab berfungsi dalam upaya mengungkapkan gagasann dan pikiran .
c.  Psikomotor
Ranah belajar psikomotor mempunai ciri khas yang terletak dalam belajar menghadapi dan menangani obyek – obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Menurut Piaget, belajar psikomotor merupakan dasar bagi belajar berpikir. Mengamati obyek dan memeganag serta menganai benda, mendasari perkembangan berpikir. Dalam berpikir orang “ mempermainkan ” realita lingkungan hidupnya dalam bentuk representative. Tanpa pengamatan yang cermat dan penanganan secara konkret usaha untuk mengembangakn bentuk representasi mental yang tepat cukup sulit dilakukan.
3.        Bersiap Menjadi Pemenang
            Kita semuanya terbiasa dengan berprilaku berbeda dengan orang lain saat belajar. Ada saat-saat ketika kita menginginkan sesuatu dengan keinginan untuk berprilaku sendirian. Keinginan sendirian mungkin pula saat kita ingin meneliti, membaca buku dan lain-lain. Namun di saat lain kita memerlukan waktu ketika kita bisa di tantang melalui kompetisi/persaingan seperti permainan membutuhkan kinerja regu atau kelompok seperti para guru dapat merencanakan program-program kegiatan individu di dalam kelas sehingga setiap anak bekerja sendirian dengan tenang. Atau dapat merencanakan program-program bersifat kooperatif di mana anak-anak belajar untuk bekerja sama, seperti anggota regu tergantung satu sama lain dan yang dihargai
Setiap orang mempunyai potensi yang berbeda – beda dalam belajar. Menurut Gardner manusia mempunyai kecerdasan ganda atau dikenal dengan istlah multiple intelegence. Semua anak dalam belajar harus diarahkan agar mereka punya keunggulan masing – masing dibidang kecerdasan yang mereka miliki baik kecerdasan bahasa, matematis, seni dan lain – lain.

4.        Memiliki Impian yang Selalu Bergelora
Untuk berhasil dalam kehidupan kita harus memiliki visi atau impian. Berikut ini kami berikan beberapa trik dalam mengejar impian :
a.         Milikilah impian dalam hidup anda, buatlah daftar minimal 100 hal yang ingin anda lakukan sebelum anda meninggal, susun menurut prioritas, kemudian ambillah satu dari daftar teratas, pikirkan bagaimana caranya untuk mencapainya dan take action, sesudah tercapai, ambillah yang berikutnya dst.
b.        Ikuti motto “Rencanakan Impian anda seolah olah anda akan hidup selamanya… dan kejarlah Impian anda seolah olah anda hanya bisa hidup sampai besok saja…!!!
c.         Apapun komentar yang dikatakan oleh orang orang disekeliling anda, kalau anda sudah memutuskan, tetaplah fokus pada impian dan sasaran hidup anda, jangan biarkan “budak ketiga” mencuri impian anda.
5.      Selalu Berusaha Meretas  Bangkitnya Kemalasan dan Ketertinggalan
Guru diharapkan selalu dapat memberikan  :
1.      Motivasi kepada siswa
2.      Selalu mengikuti perkembangan Zaman
Kemalasan yang ada pada diri kita menyebabkan kia tertinggal dengan orang lain dalam segala hal. Untuk itu penyaki malas itu harus dihilangkan dari diri kita.  Banyak diantara kita yang punya “penyakit” suka menunda-nunda pekerjaan. Penyakit ini, yang sebetulnya adalah kebiasaan, seringkali disebabkan karena kita malas mengerjakan sesuatu. Malas bangun dari tempat tidur, malas pergi olahraga, malas menyelesaikan tugas kantor, dan lain – lain.
Menurut  penelitian, kebiasaan malas merupakan penyakit mental yang timbul karena kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Yang dimaksud dengan masa depan ini bukan hanya satu atau dua tahun kedepan tetapi satu atau dua menit dari sekarang. Contohnya saja ketika Anda malas dari bangun, Anda akan berkata dalam hati: “Satu menit lagi saya akan bangun”, tetapi kenyataannya barangkali Anda akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya memang waktunya tiba untuk siap-siap pergi ke kantor.
Kebiasaan malas timbul karena kita cenderung mengaitkan masa depan dengan persepsi negatif. Anda menunda-nunda pekerjaan karena cenderung membayangkan setumpuk tugas yang harus dilakukan di kantor. Belum lagi berhubungan dengan orang-orang yang Anda tidak sukai, misalnya.
Sayangnya, menunda-nunda pekerjaan pada akhirnya akan mengundang stress karena mau tidak mau satu saat Anda harus mengerjakannya. Di waktu yang sama Anda juga mungkin punya banyak pekerjaan lain. 

6. Berusaha yang Terbaik
Pada dasarnya setiap manusia bisa menjadi yang terbaik dari dirinya apapun latar belakangnya, status sosial maupun ekonomi . Namun mengapa masih banyak manusia bahkan lebih dari lima puluh persen dari jumlah manusia di dunia yang tidak merasa demikian. Lalu dimana letak kesalahannya? Apakah semua itu sudah suratan takdir alias Nasib? Seandainya benar, apakah kita yakin kalau Tuhan menginginkan manusia yang notabene ciptaanNya yang paling sempurna ini menjadi sengsara dan merana. Tentu saja tidak. Hal ini bisa saya buktikan dengan kelebihan-kelebihan yang dianugerahi oleh Sang Pencipta kepada mahluk ciptaanNya yang disebut Manusia.
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk ciptaan lainnya. Selain dikarunia dengan bentuk tubuh yang fungsional, susunan tulang dan otot yang dapat memungkinkan untuk melakukan gerakan yang berbeda-beda, manusia masih dikarunia sebuah otak yang super canggih yang dapat mengontrol denyut jantung kita sampai dengan 100.000 kali/hari dan mampu mengatur kinerjamemompa 25 000 liter darah melalui pembuluh darah yang panjangnya kalau dihubungkan dari ujung ke ujung panjangnya mencapai 100,000 km dan ini sama dengan panjang2 kali bumi apabila ditarik garis lurus mengitari garis khatulistiwa. Itupun hanya sebagian kecil dari kemampuan otak kita dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya uraikan. Sungguh luar biasa apa yang mampu dilakukan oleh otak kita yang beratnya hanya 1.5 kg. Semua itu pula diatur dengan sendirinya oleh otak tanpa harus dipantau oleh si pemilik otak. Sungguh menakjubkan! Sebelum anda melanjutkan membaca artikel ini saya ingin anda merenung sejenak untuk menyadari betapa kita memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk kita dayagunakan untuk keberhasilan kita.
Jadi setelah menyadari keistimewaan diatas lalu apakah masih ada alasan bagi kita untuk menyalahkan Sang Pencipta apabila kita tidak dapat menjadi yang terbaik? Jadi apa yang menjadi penyebab bahwa manusia tidak bisa berprestasi? Ada beberapa faktor namun ada satu faktor yang sangat dominan dan hampir dialami oleh sebagian besar orang yaitu keyakinan,atau lebih spesifik-keyakinan akan kemampuan meraih sasarannya atau istilah lainnya Belief System. Keyakinan adalah sebuah kekuatan yang akan mendorong anda untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan anda. Keyakinan bagaikan kompas atau peta bagi manusia untuk menuju sasarannya. Faktor terbesar untuk menjadi yang terbaik adalah bukan terletak pada kemampuan maupun ketrampilan yang dimiliki melainkan pada Keyakinan.
Namun Keyakinan atau Belief System adalah dapat menjadi faktor penentu keberhasilan ataupun penentu kegagalan bagi manusia.
Mari kita lihat bagaimana keyakinan dapat sangat berpengaruh pada proses tercapai atau tidaknya sebuah prestasi. Bagaimana keyakinan itu tercipta? Keyakinan bisa tercipta dari pengalaman seseorang dan juga dari referensi atau contoh. Keyakinan berdasarkan pengalaman tercipta ketika anda melakukan suatu kegiatan, sedangkan keyakinan yang berdasarkan referensi atau contoh tercipta setelah anda melihat orang lain melakukannya. Misalnya anda melakukan suatu usaha ,apabila berhasil maka hasil tersebut akan menambah keyakinan dalam diri anda bahwa anda mampu, sebaliknya kalau gagal maka hasil tadi juga akan menambah keyakinan bahwa anda memang tidak mampu.
Dan kalau yang diambil oleh anda sebagai kesimpulan terakhir adalah ketidakmampuan maka selamanya anda tidak mampu. Kesimpulan ini sangat berbahaya karena akan terprogram secara tak sadar di dalam otak sebagai sebuah keyakinan baru yang negatif.


7.        Menjadi Diri Sendiri
Bagaimana menjadi diri sendiri? Diri Anda adalah Anda dengan segala keunikan dan potensi yang Anda miliki. Menjadi diri sendiri adalah Anda tetap dalam keunikan Anda, tanpa harus mengikuti siapa pun. Para sahabat Rasulullah saw pun tetap pada keunikannya masing-masing. Abu Bakar as, Umar Bin Khathab as, Ustman bin Afan as, dan Ali as pun memiliki keunikan masing-masing tanpa mengurangi kemuliaannya.
Kemudian setiap manusia memiliki potensi. Potensi yang bisa digunakan untuk meraih sukses sesuai dengan keunikannya masing-masing. Untuk menjadi diri Anda sendiri, Anda harus mengoptimalkan semua potensi diri Anda, tanpa harus merubah keunikan Anda atau mengikuti orang lain. Saat keunggulan unik Anda belum dimunculkan secara optimal, maka Anda belumlah menjadi diri sendiri. Mungkin baru setengahnya, atau bahkan seperempatnya, atau baru 10 persen? Bahkan kurang?
Mana bisa menjadi diri sendiri yang seutuhnya jika kita belum mengoptimalkan potensi diri kita seutuhnya? Kita tidak pernah tahu sampai dimana potensi diri kita. Namun sejauh mana pun kita sudah mengoptimalkan potensi diri saat ini, kita masih bisa terus meningkatkannya. Anda masih bisa lebih baik dari saat ini, sesukses apa pun Anda saat ini. Tidak ada yang namanya pencapaian puncak dunia ini. Yang ada hanya nanti di akhirat saat bertemu Allah SWT.
Jadi selama di dunia, kita masih bisa memperbaiki diri kita. Kita jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan menjadikan hari esok menjadi lebih.
Ketujuh pilar tersebut sangat penting diterapkan dan jalankan oleh seorang tenaga pendidik agar dapat menghasilkan belajar yang optimal dan tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar