7
Pilar Prinsip Belajar yang Mengoptimalkan Hasil Belajar
1.
Memiliki
Arah Yang Jelas dan Terfokus
Sebelum melakukan pembelajaran guru dapat menetapkan tujuan
pembelajaran dan menjelaskan dengan membuat perangkat pembelajaran diantaranya
:
- Kalende Pendidikan
- Silabus
- Program Tahunan
- Program semester
- Perhitungan minggu efektif
- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
- Media pembelajaran
- Daftar analisis
- Daftar remedial
- Daftara Nilai
- Catatan harian peserta didik
- Kreteria ketuntasan minimal
Agar belajar memiliki arah yang jelas dan terfokus
harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a.
Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa
tujuan, karena hal itu merupakan suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam
menentukan ke arah mana kegiatan tersebut akan dibawa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu
cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya dan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita
yang bernilai normatif. Dengan kata
lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus
ditanamkan kepada anak didik, baik dalam lingkungan sosialnya maupun diluar
sekolah.
Tujuan adalah suatu komponen yang dapat mempengaruhi
komponen pengajaran lainnya seperti, bahan pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Dari semua
komponen tersebut, harus sesuai dan didayagunakan untuk mencapai tujuan yang
efektif dan efisien.
Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan
perilaku (performance) siswa yang kita harapkan setelah mereka mempelajari
bahan pelajaran yang kita ajarkan.
b.
Subyek Belajar
Subyek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan
komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek
karena siswa adalah individu yang melakukan kegiatan belajar mengajar. Sebagai
obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku
pada diri subyek belajar. Untuk itu, diperlukan partisipasi aktif siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
c.
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan
dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran, maka kegiatan belajar
mengajar tidak akan berjalan. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan
pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok, dan bahan pelajaran
pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang
studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya).
Sedangkan bahan pelajaran pelengkap/ penunjang adalah bahan pelajaran yang
dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang
penyampaian bahan pelajaran pokok.
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak
didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah
sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Oleh karena itu, kepada
guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, harus memikirkan sejauh mana
bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan anak
didik pada usia tertentu dan juga lingkungan tertentu pula. Minat anak didik,
akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan yang mereka
inginkan.
d.
Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh karena itu,
disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Dengan
menguasai dari berbagai macam metode dan bisa menempatkan pada situasi dan
kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.
e.
Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yakni sebagai
perlengkapan, pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai
tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan
alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan,
perintah, larangan, dsb. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa globe,
papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, video, dsb.
f.
Sumber Belajar
Belajar mengajar bukan berproses dalam kehampaan,
tetapi berproses dalam kemaknaan yang didalamnya ada sejumlah nilai yang
disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai tersebut, tidak mungkin datang
dengan sendirinya, akan tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam
kegiatan belajar mengajar.
Sumber
belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, misalnya disekolah,
halaman, pusat kota, pedesaan, dsb. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran
tersebut, tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta
kebijakan-kebijakan lainnya
2.
Mengembangkan
3 Potensi Secara Utuh dan Berkesinambungan
Guru dapat
mengembangkan tiga potensi yang ada dalam diri siswa yaitu :
- Perubahan sikap (Afektif)
- Pengetahuan (Koknitif)
- Keterampilan (Phisikomotorik)
3
Potensi belajar tersebut adalah :
a.
Afektif
Ciri khas belajar afektif adalah belajar untuk menghayati nilai – nilai
dari obyek yang dihadapi melalui alam perasaan, dan belajar mengungkapkan
perasaan dalam bentuk ekspersei yang wajar. Obyek yang dinilai tidak sebatas
pada manusia, namun dapat berupa feneomena atau kejadian. Dalam belajar
afektif ini seseorang akan menghayati sungguh – sungguh suatu obyek, apakah
obyek tersebut bernilai bagi dirinya atau tidak. Hasil penilaian ini akan kembalai
pada perasaan individu, artinya jika obyek dinilai sebagai sesuatu yang
bernilai maka kan menimbulkan perasaan senang dan sebaliknya jika obyek
dianggap / dinilai sebagai sesuatu yang kurang / tidak bernilai akan
menimbulkan perasaan kurang senang pada diri penilai. Perasan senag meliputi
sejumlah rasa yang lebih spesifik, seperti rasa puas, gembira, rasa simpati
,rasa saying dan sebagainya. Perasaan tidak senang meliputi takut, gelisah,
cemas, marah, cemburu.
Fungsi afektif dan dinamik berkaitan satu dengan yang lain., sebab
setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan setiap perasaan mengandung
dorongan untuk berkehendak dan berkemauan. Setiap peserta didik wajib
mendapatkan ranah belajar afektif agar dapat mengungkapkan perasaan dalam
ekspresi yang wajar dan diterima oleh masyarakat. Dalam wadah pendidikan
diharapkan ranah ini mmapu menumbuhkembangkan sehingga alam perasaan peserta
didik menjadi kaya dan luas.
b.
Kognitif
Ciri
khas ranah belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan
bentuk – bentuk representasi yang mewakili obyek – obyek yang dihadapi. Obyek
tersebut direpresentasikan atau dihadirkan dalam dri seseorang melalui
tanggapan, gagasan atau lambang yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat
mental.
Kemampuan
kognitif ini harus dikembangkan melalui belajar. Kemampuan bahasa sangat
membantu kemajuan kognitif, sebab berfungsi dalam upaya mengungkapkan gagasann
dan pikiran .
c.
Psikomotor
Ranah belajar psikomotor mempunai ciri khas yang terletak dalam belajar
menghadapi dan menangani obyek – obyek secara fisik, termasuk kejasmanian
manusia sendiri. Menurut Piaget, belajar psikomotor merupakan dasar bagi
belajar berpikir. Mengamati obyek dan memeganag serta menganai benda, mendasari
perkembangan berpikir. Dalam berpikir orang “ mempermainkan ” realita
lingkungan hidupnya dalam bentuk representative. Tanpa pengamatan yang cermat
dan penanganan secara konkret usaha untuk mengembangakn bentuk representasi
mental yang tepat cukup sulit dilakukan.
3.
Bersiap
Menjadi Pemenang
Kita semuanya terbiasa dengan
berprilaku berbeda dengan orang lain saat belajar. Ada saat-saat ketika kita
menginginkan sesuatu dengan keinginan untuk berprilaku sendirian. Keinginan
sendirian mungkin pula saat kita ingin meneliti, membaca buku dan lain-lain.
Namun di saat lain kita memerlukan waktu ketika kita bisa di tantang melalui
kompetisi/persaingan seperti permainan membutuhkan kinerja regu atau kelompok
seperti para guru dapat merencanakan program-program kegiatan individu di dalam
kelas sehingga setiap anak bekerja sendirian dengan tenang. Atau dapat
merencanakan program-program bersifat kooperatif di mana anak-anak belajar
untuk bekerja sama, seperti anggota regu tergantung satu sama lain dan yang dihargai
Setiap
orang mempunyai potensi yang berbeda – beda dalam belajar. Menurut Gardner manusia mempunyai kecerdasan
ganda atau dikenal dengan istlah multiple intelegence. Semua anak dalam belajar
harus diarahkan agar mereka punya keunggulan masing – masing dibidang
kecerdasan yang mereka miliki baik kecerdasan bahasa, matematis, seni dan lain
– lain.
4.
Memiliki
Impian yang Selalu Bergelora
Untuk
berhasil dalam kehidupan kita harus memiliki visi atau impian. Berikut ini kami
berikan beberapa trik dalam mengejar impian :
a.
Milikilah impian dalam hidup anda,
buatlah daftar minimal 100 hal yang ingin anda lakukan sebelum anda meninggal,
susun menurut prioritas, kemudian ambillah satu dari daftar teratas, pikirkan
bagaimana caranya untuk mencapainya dan take action, sesudah tercapai, ambillah
yang berikutnya dst.
b.
Ikuti motto “Rencanakan Impian
anda seolah olah anda akan hidup selamanya… dan kejarlah Impian anda seolah
olah anda hanya bisa hidup sampai besok saja…!!!“
c.
Apapun komentar yang dikatakan oleh
orang orang disekeliling anda, kalau anda sudah memutuskan, tetaplah fokus pada
impian dan sasaran hidup anda, jangan biarkan “budak ketiga” mencuri impian
anda.
5.
Selalu
Berusaha Meretas Bangkitnya Kemalasan dan
Ketertinggalan
Guru
diharapkan selalu dapat memberikan :
1. Motivasi
kepada siswa
2. Selalu
mengikuti perkembangan Zaman
Kemalasan yang ada pada diri kita menyebabkan
kia tertinggal dengan orang lain dalam segala hal. Untuk itu penyaki malas itu
harus dihilangkan dari diri kita. Banyak
diantara kita yang punya “penyakit” suka menunda-nunda pekerjaan. Penyakit ini,
yang sebetulnya adalah kebiasaan, seringkali disebabkan karena kita malas
mengerjakan sesuatu. Malas bangun dari tempat tidur, malas pergi olahraga,
malas menyelesaikan tugas kantor, dan lain – lain.
Menurut
penelitian, kebiasaan malas merupakan penyakit mental yang timbul karena
kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Yang dimaksud dengan masa depan
ini bukan hanya satu atau dua tahun kedepan tetapi satu atau dua menit dari
sekarang. Contohnya saja ketika Anda malas dari bangun, Anda akan berkata dalam
hati: “Satu menit lagi saya akan bangun”, tetapi kenyataannya barangkali Anda
akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya memang waktunya tiba untuk
siap-siap pergi ke kantor.
Kebiasaan malas timbul karena kita cenderung
mengaitkan masa depan dengan persepsi negatif. Anda menunda-nunda pekerjaan
karena cenderung membayangkan setumpuk tugas yang harus dilakukan di kantor.
Belum lagi berhubungan dengan orang-orang yang Anda tidak sukai, misalnya.
Sayangnya, menunda-nunda pekerjaan pada
akhirnya akan mengundang stress karena mau tidak mau satu saat Anda harus
mengerjakannya. Di waktu yang sama Anda juga mungkin punya banyak pekerjaan
lain.
6. Berusaha yang Terbaik
Pada dasarnya setiap manusia bisa menjadi yang terbaik dari dirinya
apapun latar belakangnya, status sosial maupun ekonomi . Namun mengapa masih
banyak manusia bahkan lebih dari lima puluh persen dari jumlah manusia di dunia
yang tidak merasa demikian. Lalu dimana letak kesalahannya? Apakah semua itu
sudah suratan takdir alias Nasib? Seandainya benar, apakah kita yakin kalau
Tuhan menginginkan manusia yang notabene ciptaanNya yang paling sempurna ini
menjadi sengsara dan merana. Tentu saja tidak. Hal ini bisa saya buktikan
dengan kelebihan-kelebihan yang dianugerahi oleh Sang Pencipta kepada mahluk
ciptaanNya yang disebut Manusia.
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara
mahluk-mahluk ciptaan lainnya. Selain dikarunia dengan bentuk tubuh yang
fungsional, susunan tulang dan otot yang dapat memungkinkan untuk melakukan
gerakan yang berbeda-beda, manusia masih dikarunia sebuah otak yang super canggih
yang dapat mengontrol denyut jantung kita sampai dengan 100.000 kali/hari dan
mampu mengatur kinerjamemompa 25 000 liter darah melalui pembuluh darah yang
panjangnya kalau dihubungkan dari ujung ke ujung panjangnya mencapai 100,000 km
dan ini sama dengan panjang2 kali bumi apabila ditarik garis lurus mengitari
garis khatulistiwa. Itupun
hanya sebagian kecil dari kemampuan otak kita dan masih banyak lagi yang tidak
bisa saya uraikan. Sungguh luar biasa apa
yang mampu dilakukan oleh otak kita yang beratnya hanya 1.5 kg. Semua itu pula
diatur dengan sendirinya oleh otak tanpa harus dipantau oleh si pemilik otak.
Sungguh menakjubkan! Sebelum anda melanjutkan membaca artikel
ini saya ingin anda merenung sejenak untuk menyadari betapa kita memiliki
potensi yang sangat luar biasa untuk kita dayagunakan untuk keberhasilan kita.
Jadi
setelah menyadari keistimewaan diatas lalu apakah masih ada alasan bagi kita
untuk menyalahkan Sang Pencipta apabila kita tidak dapat menjadi yang terbaik?
Jadi apa yang menjadi penyebab bahwa manusia tidak bisa berprestasi? Ada
beberapa faktor namun ada satu faktor yang sangat dominan dan hampir dialami
oleh sebagian besar orang yaitu keyakinan,atau lebih spesifik-keyakinan akan
kemampuan meraih sasarannya atau istilah lainnya Belief System.
Keyakinan adalah sebuah kekuatan yang akan mendorong anda untuk melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan anda. Keyakinan bagaikan kompas atau peta bagi
manusia untuk menuju sasarannya. Faktor terbesar untuk menjadi yang terbaik
adalah bukan terletak pada kemampuan maupun ketrampilan yang dimiliki melainkan
pada Keyakinan.
Namun Keyakinan atau Belief System adalah dapat menjadi faktor penentu keberhasilan ataupun penentu kegagalan bagi manusia.
Namun Keyakinan atau Belief System adalah dapat menjadi faktor penentu keberhasilan ataupun penentu kegagalan bagi manusia.
Mari kita lihat bagaimana keyakinan dapat sangat berpengaruh pada
proses tercapai atau tidaknya sebuah prestasi. Bagaimana keyakinan itu
tercipta? Keyakinan bisa tercipta dari pengalaman seseorang dan juga dari referensi
atau contoh. Keyakinan berdasarkan pengalaman tercipta ketika anda melakukan
suatu kegiatan, sedangkan keyakinan yang berdasarkan referensi atau contoh
tercipta setelah anda melihat orang lain melakukannya. Misalnya anda melakukan
suatu usaha ,apabila berhasil maka hasil tersebut akan menambah keyakinan dalam
diri anda bahwa anda mampu, sebaliknya kalau gagal maka hasil tadi juga akan
menambah keyakinan bahwa anda memang tidak mampu.
Dan kalau yang
diambil oleh anda sebagai kesimpulan terakhir adalah ketidakmampuan maka
selamanya anda tidak mampu. Kesimpulan ini sangat berbahaya karena akan
terprogram secara tak sadar di dalam otak sebagai sebuah keyakinan baru yang
negatif.
7.
Menjadi
Diri Sendiri
Bagaimana menjadi diri sendiri?
Diri Anda adalah Anda dengan segala keunikan dan potensi yang Anda miliki. Menjadi
diri sendiri adalah Anda tetap dalam keunikan Anda, tanpa harus mengikuti
siapa pun. Para sahabat Rasulullah saw pun tetap pada keunikannya
masing-masing. Abu Bakar as, Umar Bin Khathab as, Ustman bin Afan as, dan Ali
as pun memiliki keunikan masing-masing tanpa mengurangi kemuliaannya.
Kemudian setiap manusia memiliki potensi. Potensi yang bisa digunakan
untuk meraih sukses
sesuai dengan keunikannya masing-masing. Untuk menjadi diri Anda sendiri, Anda
harus mengoptimalkan semua potensi diri Anda, tanpa harus merubah keunikan Anda
atau mengikuti orang lain. Saat keunggulan unik Anda belum dimunculkan secara
optimal, maka Anda belumlah menjadi diri sendiri. Mungkin baru setengahnya,
atau bahkan seperempatnya, atau baru 10 persen? Bahkan kurang?
Mana
bisa menjadi diri sendiri yang seutuhnya jika kita belum mengoptimalkan potensi
diri kita seutuhnya? Kita tidak pernah tahu sampai dimana potensi diri kita.
Namun sejauh mana pun kita sudah mengoptimalkan potensi diri saat ini, kita
masih bisa terus meningkatkannya. Anda masih bisa lebih baik dari saat ini,
sesukses apa pun Anda saat ini. Tidak ada yang namanya pencapaian puncak dunia
ini. Yang ada hanya nanti di akhirat saat bertemu Allah SWT.
Jadi selama di
dunia, kita masih bisa memperbaiki diri kita. Kita jadikan hari ini lebih baik
dari hari kemarin dan menjadikan hari esok menjadi lebih.
Ketujuh pilar
tersebut sangat penting diterapkan dan jalankan oleh seorang tenaga pendidik
agar dapat menghasilkan belajar yang optimal dan tercapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar